Karena ini blog baru, dan saya bingung mau nulis apa, tiba-tiba terlintas ide untuk mengulas tentang vespa bapak yang bagi kami sangat legendaris. Bagaimana tidak? Vespa itu sudah dipakai bapak saat “ngapelin” mamak sampai sekarang mereka sudah punya 4 anak yang sudah besar-besar. Kali ini, saya akan menceritakan bagaimana pengalaman saya dengan vespa ini.

Jangan tanya sudah sejak kapan saya naik vespa ini. Yap, dari lahir saya sudah diantar kemana-mana sama bapak dengan vespa ini. Dulu ini satu-satunya alat transportasi keluarga kami, tapi mungkin karena jumlah kami banyak (bapak mamak dan 4 anak) dan gak mungkin kami akan muat selamanya di vespa itu maka mamak akhirnya membeli satu sepeda motor.

Banyak sekali kenangan dengan vespa ini, kalau dulu saat akan berangkat sekolah, saya pasti lebih memilih naik vespa, entah kenapa saya juga gak tahu. Pernah suatu hari akan berangkat sekolah, saat itu saya SMP entah kelas berapa, baru mau keluar komplek eh tiba-tiba bannya bocor. Untung mamak belum kebablasan, jadi saya ke sekolah bareng mamak dengan motor. Pengalaman paling sering ya mendorong vespa yang mogok. Selama saya naik vespa ini entah sudah berapa kali dia mogok dan saya ikut mendorong bareng bapak. Tali kopling putus di tengah jalan, busi rusak, ban bocor sudah saya rasakan semua.

Tapi di tengah semua kenangan konyol dan lucu, ternyata ada juga kenangan yang tidak mengenakkan dengan vespa ini. Bukan saya yang mengalaminya, tapi kakak saya. Dulu bapak dan kakak akan pulang sekolah tapi kecelakaan dan kakak harus dirawat di rumah sakit. Kalau saya juga pernah sih kecelakaan, tapi sama mamak dan bukan saat naik vespa.

Makanya, saat mamak dan bapak berencana menjual vespa itu, kami berempat sepakat mengatakan TIDAK! Walaupun itu vespa udah susah jalan, tapi kami tetap gak mau vespa itu dijual. Bagi kami, kenangan dengan vespa itu luar biasa. Dan kami ingin setiap kami pulang ke rumah, masih ada vespa itu diparkir di beranda dan kamipun bisa membangkitkan kembali kenangan-kenangan bersama vespa itu… 🙂