Search

Bukan Jomblo 2 Dekade

Tulisan Seorang Lelaki yang Akhirnya Pernah Pacaran Sejak Dilahirkan

Month

September 2017

Kalian Belum Jomblo “Ngenes” Kalau Belum Mengalami 6 Hal Ini

Single-Facebook-Covers-1095
Sumber : http://beinglol.com/tag/Lonely-Facebook-Covers/page/2

”Ngenes” bahasa bakunya adalah “ngenas” “mengenaskan”, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “ngenas” berarti : bersusah hati, pedih hati. Sedangkan “mengenaskan” berarti : “menimbulkan rasa pedih hati.” Berdasarkan arti kata tersebut, jomblo ngenes berarti jomblo yang menimbulkan rasa pedih hati. Banyak yang mengaku jones ketika chatnya tidak dibalas atau di-read doang. Cupu! Soal ngenes, saya rasa saya sudah lebih advanced daripada rata-rata jomblo cupu di negara ini. Mau tahu seberapa ngenes saya sebagai jomblo? Cekidot.

  1. Nganterin Cewek Orang ke Kostan Cowoknya

Ceritanya ini cewek cantik, lalu habis latihan dia minta dianterin pulang, sebagai jomblo yang jok motornya sepi kayak proyek Hambalang, langsunglah saya mengajukan diri. Tapi di tengah jalan, tiba-tiba ini cewek bilang ke saya :”eh, gak jadi ke kostku deh, anterin aku ke kost cowokku aja ya.” Bisa bayangin gak sih? Di saat yang sama, tahu cewek yang kalian bonceng sudah punya pacar, abis itu disuruh nganterin ke kost pacarnya pula. Literally, saya mengantarkan cewek yang mungkin akan “in the hoy” sama cowoknya di kost-kostan. Pedih.

  1. “Aku Pengen Punya Pacar Kayak Kamu, Tapi Bukan Kamu”

Kalimat ini cukup membekas di otak saya. Ceritanya lagi makan gitu sama teman-teman dan ada ceweknya satu. Obrolan pun membahas tentang pengalaman asmara, saya pun menceritakan bahwa ketika itu saya belum pernah pacaran sama sekali. Lalu si cewek ini (yang pada waktu itu lumayan saya taksir) terus nyeplos :”aku pengen punya pacar kayak kamu yang belum pernah pacaran, eh tapi bukan kamu ya.” Sakit, tapi tidak infeksi.”

  1. Boncengin Cewek ke Konser, Tapi Dia Nonton Sama Temannya

Ini kejadian waktu saya jadi panitia sebuah acara fakultas pada tahun 2015. Jadilah sekalian menjalankan tugas saya untuk menjual tiket, saya juga bribik ngajak seorang cewek buat nonton konser. Kalo peribahasanya, sambil menyelam minum wedang ronde. Si doi mau nih, terus bribik pun berlanjut :”besok tak jemput ya?” so doi pun mau dijemput. Setelah sampai di kampus tempat konser, terus si doi bilang ke saya :”itu temen aku udah sampai, aku mau nonton sama dia, duluan ya kak.” Ironis.

  1. Chat Belum di Read, Tapi Udah Dihapus

Chatmu gak dibalas atau gak di-read? Biasa! Nih saya kasih tahu versi yang lebih ngenes. Jadi ketika itu saya melihat cewek cakep di sebuah acara di fakultas saya, adek kelas. Setelah acara itu, kami kalau ketemu suka saling melempar senyum gitu. Nah, karena itu saya jadi pede buat ngechat dia. Setelah mencoba sekitar 15 kombinasi ID line berdasarkan username Instagram dan Twitternya, dapatlah saya linenya si doi. Awalnya chat berlangsung cukup menyenangkan, tapi lama-lama kayaknya dia sadar bahwa tujuan saya ngechat agak-agak berbau “pengen punya pacar.” Setelah itu, chat saya gak pernah di-read apalagi dibalas, dan jadinya bertumpuk. Lalu darimana saya tahu kalau chat saya dihapus? Setelah tujuan saya yang sebenarnya ketahuan sama si doi, kira-kira seminggu saya ngechat dia lagi buat nanyain sesuatu yang netral lah pokoknya, gak ada intensi buat bribik. Terus chat saya yang terbaru itu dibalas, dan kelihatan tulisan “read”, sementara chat saya yang udah ketumpuk di atasnya gak muncul tulisan “read”. Tragis.

  1. Nemenin Orang Selingkuh

Ini kejadian waktu saya sekolah di SMA saya yang kedua, iya saya menempuh pendidikan SMA di dua sekolah. Waktu itu teman saya yang saya tahu sudah berpacaran dengan teman saya juga, ngajakin nongkrong di sebuah tempat di sekitaran kali Code. Setelah sampai, saya melihat sudah ada seorang cewek dari kelas sebelah. Dan tingkah mereka benar-benar tidak menunjukkan bahwa mereka teman biasa (gak usah saya kasih tahu detailnya ya, ntar pengen). Gak cuma sampai situ, beberapa minggu kemudian teman saya ini ngajakin saya dan satu lagi teman saya yang cowok untuk pergi ke sebuah pantai. Ternyata, teman saya ini membawa cewek selingkuhannya itu lagi, jadi ada tiga cowok dan satu cewek yang pergi bareng ke pantai. Di pantai, setelah mendirikan tenda, mereka pelukan, ceweknya tidur di paha si cowok, mereka nunjuk-nunjuk bintang sedangkan saya sama teman saya yang sama-sama jadi korban menemani orang selingkuh ini cuma bisa masak Indomi sambil nunjuk-nunjuk pasir yang masuk ke panci. Sedih.

  1. Beliin Tiket Buat Cewek, Ceweknya Bilang Gak Bisa, Pas Acara Dia Datang Sama Cowok Lain

Terjadi ketika kuliah, waktu itu ada sebuah pertunjukan dan saya mengajak seorang cewek untuk nonton itu. Saya bilang bahwa saya yang beliin tiketnya, dan dia mau. Senang sekali saya waktu itu, tapi ternyata hidup itu semacam asshole. H-1 acara, si dia tiba-tiba nge-chat saya bilang bahwa dia gak bisa datang ke acara yang kami sudah sepakati. Jadilah saya ngajakin teman saya, cewek juga, untuk gantiin dia, daripada tiketnya gak kepakai. Tapi, di lokasi acara saya melihat cewek yang katanya gak bisa datang itu sedang bareng sama cowok lain. Kami berpapasan, dia nyapa, tapi karena sudah terlanjur sakit hati, saya gak balas sapaannya dia. Sakit.

Gimana? Sudah sadar bahwa chat gak dibalas atau gak di-read itu cuma masalah sepele? Atau bahkan ada yang sudah lebih advanced daripada saya yang udah ditinggal kawin atau apa gitu? Silahkan bagikan pengalaman agan-agan di kolom komentar.

Para Couple, Tolong Hentikan 7 Hal Berikut Ini

couple_love_sunset_hugs_39638_2560x1600
Sumber : https://wallpaperscraft.com

“Situ jomblo tapi sok-sokan ngajarin orang pacaran, ngaca dong!” Mungkin itulah reaksi para pembaca artikel ini setelah tahu bahwa saya adalah jomblo menyedihkan. Tapi, coba lihat fakta ini : di agama Katolik, para Pastor dilarang menikah, tapi tebak siapa yang menjadi pembimbing kursus pernikahan orang Katolik? Yap, Pastor yang gak pernah dan gak boleh menikah tapi membimbing orang yang akan menikah. Coba, pasangan mana yang berani bilang ke Pastor “situ gak nikah tapi sok-sokan ngajarin orang nikah, ngaca dong!”? Dicekek pakai rosario.

Jadi, sudah jelas bahwa walaupun saya sedang tidak pacaran tapi saya tentu boleh menjadi orang yang sedikit banyak menuntun kalian orang-orang yang pacaran. Ditambah lagi, kalian yang pacaran adalah pelaku dan tentu sulit untuk mengobservasi, sedangkan saya yang tidak pacaran adalah seorang observer yang baik. Setelah melakukan observasi yang cukup mendalam, inilah hal-hal yang kami para jomblo mohon pada kalian para couple untuk segera hentikan :

  1. Ngobrol Berdua di Atas Motor, di Tengah Jalan Pula

Kalian para couple mungkin tidak sadar sering sekali melakukan ini di jalan raya. Ceweknya nempel ke punggung cowoknya, dagunya ditaruh di bahu cowoknya, terus udah deh terus ngobrol. Masalahnya hal itu dilakukan di atas motor dan di tengah jalan, pelan pula motornya. Kasian tuh yang di belakang ada jomblo buru-buru ke kos mau malam mingguan abis beli tissue.

  1. Ngobrol di Loket Bioskop

Entah apa yang mereka pikirkan ketika melakukan ini. Orang yang pergi ke bioskop biasanya sudah tahu film apa yang akan mereka tonton, jadi paling banter dia cuma akan agak bingung waktu milih kursinya. Nah, ada nih banyak malah pasangan kampret yang ngantri di loket bioskop dikira udah tahu mau nonton apa, tapi pas sampai di loket ditanyain sama mbaknya :”film apa?” Terus yang cewek dengan tanpa berdosa bilang ke cowoknya :”hmm nonton apa ya sayang?” Lebih kampret lagi ketika cowoknya nyaut :”duh gak tau nih, kamu pengennya apa?” Ketika mereka selesai berdiskusi, film yang akan saya tonton udah bisa didownload di warnet.

  1. Pakai Foto Pacar di Sosmed

Menandakan bahwa kalian pacarnya si itu cukup dengan pasang foto berdua, atau jelaskan di status kalian, tapi pliss jangan pake foto pacar kalian yang sedang berpose sendiri atau selfie untuk jadi foto profil sosmed kalian. Kenapa? Itu bikin bingung! Misalnya saya mau nanya tugas kuliah sama teman saya yang cantik namanya Siska, tapi si Siska di linenya memajang foto pacarnya yaitu Tarjono yang notabene mukanya kayak aspal bolong. “Sejak kapan si Siska mukanya kayak gini?”

  1. Ciuman di Bioskop

Beberapa cowok mengajak ceweknya ke bioskop bukan untuk nonton film, tapi buat mesum dan ciuman termasuk dalam job desc nya. Nah, buat saya yang jomblo sih gak papa kalian ciuman di bioskop, tapi tolong bunyinya dikondisikan. Bunyi orang ciuman di bioskop tu kayak kalian ngunyah tapi mulutnya gak ketutup. Suaranya ganggu banget, apalagi pas adegan perang kan aneh ada suara kayak gitu. Kan kami yang jomblo jadi bingung mau nonton yang mana.

  1. Pegang2 di Tempat Makan

Ini juga, kadang para cowok ini gak bisa menahan hasrat mereka untuk bersentuhan fisik dengan pacar mereka, jadilah yang terjadi adalah pegang-pegang atau bahasa Italianya grepe-grepe pacar di tempat makan. Tolong ya hentikan perilaku ini, kami yang jomblo jadi pengen tapi masak kami megang paha kami sendiri?

  1. Mesum Tapi Pintu Dibuka

Dulu di kost pertama saya yang bentuknya gak karuan tapi pas saya keluar terus jadi bagus, saya punya tetangga kos yang suka banget bawa pacarnya masuk kamar. Gak masalah, terserah mereka mau grepe-grepe atau bikin anak atau bikin provinsi baru asalkan pintunya ditutup. Pintu kamar kos tertutup ketika ada pacar fungsinya adalah menghalangi orang untuk melihat adegan-adegan mesra yang akan mereka lakukan berdua, jadi ketika pintu terbuka dan sedang ada pacar berarti seolah mengatakan pada orang sekitar “nih, kami gak ngapa-ngapain kok.” Tapi tetangga kos saya ini unik, dia pelukan sama pacarnya di kasur, tapi pintunya dibuka seolah-olah ingin mengatakan “nih kami lagi ngapa-ngapain lho, hayo iri gak? Atau mau ikut?”

  1. Putus Gak Kasih Kabar

Pacaran adalah proses mencari pasangan hidup, jadi putus adalah salah satu resiko yang harus siap diterima ketika mencari pacar dan berpacaran. Untuk orang-orang yang berwajah dan berkepribadian menarik, bukan cuma satu orang yang suka sama kalian, dan kalian mematahkan hati mereka ketika akhirnya memilih satu untuk dijadikan pacar. Tapi bagi yang tersisihkan itu bukan berarti selesai, “ah paling cuma 3 bulan” adalah salah satu mekanisme pertahanan diri kami. Nah, ketika kalian putus mbok ya ada pengumuman gitu lho di IG atau line gitu kek kalau kalian putus, jadi kami bisa usaha lagi.

Gimana? Apakah mewakili aspirasi kalian? Kalau ada yang punya lagi tapi belum saya tuliskan boleh lho diketik di kolom komen. Salam jomblo!

Anak Psikologi Masak Depresi Sih?

Depresi Bisa Menyerang SIAPAPUN
Sumber : http://www.huffingtonpost.com

Judul di atas adalah salah satu dari sekian banyak stigma yang beredar di masyarakat terkait sebuah penyakit mental yang bernama depresi. Depresi sebenarnya nyata tapi entah sengaja atau tidak, kita membuat depresi seolah hanyalah mitos yang kebenarannya tidak ada yang bisa memastikan. Negara ini punya begitu banyak hal yang merupakan faktor-faktor penyebab depresi : kemiskinan, pengangguran, korupsi, kriminalitas, bencana alam dan lain-lain. Orang Indonesia rentan dengan depresi bahkan sampai ke tahap bunuh diri. Ini terbukti dengan angka bunuh diri di Indonesia pada tahun 2015 oleh Badan Pusat Statistik berdasarkan catatan kepolisian sebanyak 812 kasus. Itu berarti dua atau tiga orang di Indonesia melakukan bunuh diri tiap harinya. Bahkan angka dari WHO lebih mengerikan, menurut WHO angka bunuh diri di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 10.000 kasus.

Terkait judul, saya adalah mahasiswa psikologi. Sekarang saya sedang berada di semester 7, semester di mana pikiran “kayaknya aku salah jurusan” memenuhi kepala saya dan mungkin banyak teman-teman mahasiswa lainnnya. Dan guess what? Saya depresi. Tentu penyebabnya bukan cuma itu, pikiran salah jurusan malah penyebab paling kecil dari depresi saya. Saya tahu saya depresi karena saya tahu gejala-gejala orang depresi. Saya mengalami hypersomnia atau terlalu banyak tidur, saya bisa tidak mandi berhari-hari, saya yang biasanya suka makan menjadi tidak mau makan, saya tidak berminat melakukan hobi saya seperti membaca, main gitar, dan menulis, saya mengurung diri di kamar, saya tidak kuat mendengar atau melihat orang banyak sehingga kuliah, percintaan, dan tanggung jawab saya di sebuah UKM menjadi kacau.

Mungkin ada yang kaget? Lha? Mahasiswa psikologi kok depresi? Bagi saya ya ini yang terjadi, saya masih memelajari ilmu ini, untuk menjadi psikolog pun saya butuh sekolah lagi di jenjang S2. Lagipula depresi saya tidak sampai tahap psikotik dan saya dengan sadar mencari bantuan sendiri. Menurut Kristina Randle, Ph.d., LCSW di situs psychcentral.com, saya masih sangat mungkin berkarir di bidang psikologi bahkan bisa menangani orang depresi dengan baik karena saya pernah mengalami dan bisa berempati. Orang yang sedang belajar dan bahkan sudah mendapat lisensi sebagai psikolog tetaplah manusia. Jangankan saya yang masih belajar, pada tahun 2015 seorang psikolog di Birmingham bernama Inigo Tolosa ditemukan bunuh diri di sebuah kamar hotel.

Setelah beberapa lama mengalami ini dan gejalanya malah memburuk di dua bulan terakhir, saya memberanikan diri untuk ke psikiater di sebuah rumah sakit swasta di Yogyakarta. Dan benar, dokter bergelar Sp.KJ atau spesialis kejiwaan tersebut membenarkan bahwa saya memang depresi. Ya, seorang mahasiswa psikologi yang menderita depresi. Dokter tersebut memberi saya dua jenis obat yang namanya cukup keren untuk dipakai sebagai nama grup band underground, obat itu adalah Zypraz dan Elizac.

Kau Mulai Menjadi Bukan Dirimu Lagi

Karena saya cukup paham diri saya dan saya juga cukup paham gejala depresi, jadi ketika depresi datang dan mulai menjangkiti saya, saya tahu bahwa diri saya mulai berubah baik dari perilaku maupun pikiran. Hidup saya mulai kacau, tugas kuliah tidak saya kerjakan, saya tidak belajar ketika akan ujian, tugas saya sebagai ketua saya tinggalkan, saya mulai dibenci, saya mengurung diri di kamar selama mungkin, saya menjauhi teman-teman saya, hampir semua jatah absen kuliah saya pakai, telepon orangtua tidak saya angkat, chat dan SMS tidak saya balas, cara saya berinteraksi dan berekspresi dengan orang lain pun berubah dan beberapa teman menyadarinya :”ih kok tumben ngomong gitu?”, “mukanya kok kayak sedih banget?”, atau “mbok yang semangat to, jangan lemes gitu.”

Bukan hanya perilaku, pikiran saya juga terpengaruh. Saya biasanya adalah orang yang optimis dan suka membayangkan diri saya suatu saat akan sukses baik karir maupun percintaan. Tapi, saya lalu mulai pesimis dan membayangkan hal-hal buruk seperti suatu saat saya akan menjadi satu-satunya anak yang tidak sukses di antara saudara-saudara saya dan menjadi sampah keluarga, saya tidak akan sempat membanggakan orangtua saya sebelum mereka tiada, saya tidak akan punya istri, dan lain-lain.

Oh Boo-freaking-hoo, Everyone Has Problems Dude”

Saya yakin banyak yang sedang membaca ini berpikiran hal tersebut. “Ya elah, semua juga punya masalah kali.” Anggapan ini yang membuat banyak sekali orang yang depresi semakin takut untuk meminta pertolongan atau setidaknya bercerita pada orang terdekatnya.

Well, tingkat ketahanan seseorang terhadap depresi berbeda-beda. Anggaplah sama layaknya imunitas tubuh manusia yang juga berbeda-beda. Ada orang yang akan segera flu ketika masuk ke ruangan ber AC, sedangkan ada orang yang berhari-hari naik gunung tapi tidak kena flu. Sama halnya depresi, ada orang yang gara-gara nilai UN jelek (kasus almarhumah BDH 15 tahun, Klaten), dimarahi ibunya, takut tidak bisa masuk SMA favorit, lalu bunuh diri sedangkan ada orang yang tidak lulus UN tapi baik-baik saja. Manusia bisa sangat rapuh, bisa juga sangat kuat, masalah yang buat kamu sepele bisa jadi alasan bunuh diri untuk orang lain.

Stigma

Kembali ke kata stigma. Seorang yang belajar psikologi sepeti saya dianggap tidak “boleh” depresi. Ini terbukti ketika saya mengambil obat di bagian farmasi rumah sakit tempat saya berobat. Apotekernya bertanya pada saya :”masnya kuliah? Jurusan apa?” dan sayapun menjawab :”psikologi mbak”, reaksi apoteker tersebut adalah tertawa kecil dan menyahut “lah?”

Faktanya depresi adalah penyakit, dan penyakit bisa menyerang siapapun. Dokter spesialis jantung tetap bisa kena penyakit jantung, dokter spesialis kelamin tetap bisa kena penyakit kelamin, dan seterusnya. Saya belajar psikologi bukan berarti saya tahu benar tentang segala detil dinamika mental saya, bukan berarti saya bisa menangani segala masalah mental yang muncul pada diri saya. Saya masih belajar, belum menjadi seorang profesional.

Tapi bagi banyak sekali orang Indonesia, depresi itu bukan penyakit, depresi adalah tanda bahwa orang itu lemah, tanda bahwa orang itu punya masa lalu yang buruk, tanda bahwa orang itu banyak dosa, tanda bahwa orang itu gila, menderita depresi adalah hal yang memalukan dan lain-lain. Jangankan saya yang belajar psikologi, semua orang pun tidak akan mau berobat kalau mengakui dirinya depresi adalah berarti mengakui dirinya lemah atau gila. Stigma inilah yang menurut saya membuat banyak penderita depresi di Indonesia bunuh diri karena di saat mereka butuh ditangani, mereka akan memendam semuanya hanya karena malu dan takut dibilang lemah.

Depresi Bukan Sedih

Banyak orang yang menyamakan depresi dengan sedih, padahal dua hal ini sangat berbeda. Sedih muncul ketika hal buruk terjadi, dan ketika hal buruk itu berlalu maka sedihpun akan hilang. Misal, ada orang yang setiap hujan turun lalu merasa sedih karena dulu pernah pacaran dengan mantannya di kamar kos waktu hujan, ketika hujan berhenti maka berhenti jugalah sedihnya. Depresi tidak seperti itu, penderita depresi akan merasa sedih dan murung sepanjang waktu entah itu hujan, panas, atau dingin bahkan ketika hidup berjalan tanpa ada hal buruk.

Sedih bisa dikurangi atau bahkan dihilangkan dengan melakukan sesuatu yang menyenangkan seperti main games, karaoke, atau menonton film. Hal-hal tersebut mungkin akan berpengaruh terhadap orang yang depresi, tapi hanya saat ketika kegiatan itu dilakukan, depresinya akan kembali lagi ketika kegiatan-kegiatan menyenangkan itu selesai dilakukan.

Aku Juga Pernah Kok Kayak Kamu”

Orang yang depresi tidak akan dengan mudah mengatakan kepada orang lain bahwa ia depresi lalu mencurahkan isi hatinya. Orang yang depresi akan menutup diri mereka serapat mungkin sehingga orang lain akan mengira bahwa ia baik-baik saja. Orang yang depresi bahkan masih bisa melucu dan tertawa riang ketika berada di depan orang lain, tapi lalu diam, teriak, membanting barang-barang bahkan menyakiti dirinya sendiri ketika ia sendirian.

Maka ketika ada orang yang dengan sukarela bercerita padamu tentang depresinya, jangan katakan :”aku juga pernah kok kayak kamu” atau “itu kan cuma pikiranmu aja”, apalagi “ah, cuma gitu doang, lebay.” Kata-kata itu hanya akan membuat orang yang depresi makin tertekan, makin merasa tidak berguna dan tidak berdaya. Cukup dengarkan ia bercerita itu sudah lebih dari cukup baginya, kalaupun ingin merespon, cukup katakan :”aku gak bisa bayangin jadi kamu, tapi aku di sini kalau kamu butuh aku”, atau ajak ia nonton film, jalan-jalan, dan hal-hal yang kiranya bisa paling tidak membuat orang yang depresi merasa bahwa ada orang yang peduli padanya.

Orang depresi akan sangat sulit membuka dirinya, maka ketika ia akhirnya membuka diri pada seseorang berarti orang tersebut adalah salah satu atau mungkin satu-satunya orang yang ia percaya, ketika orang yang ia percaya tidak memberi respon yang tepat, kepada siapa lagi ia akan bercerita?

Depresi Bukan Berarti Lemah

Sekali lagi, depresi adalah penyakit yang bisa menyerang siapapun bahkan Lady Diana menderita depresi akibat peran barunya sebagai istri pangeran yang bagi banyak wanita adalah sebuah mimpi. Begitu juga orang-orang sekelas Robin Williams, Chester Bennington, Heath Ledger, dan Kurt Cobain meninggal akibat depresi. Mengalami depresi bukan berarti kita lemah, memang imunitas kita terhadap depresi adalah sebatas itu atau memang mungkin “jatah” kita sudah datang karena menurut WHO satu dari empat orang akan mengalami mental disorder dalam satu titik kehidupannya jadi jangan pernah malu mengakui bahwa kita depresi atau gangguan mental lain seperti kecemasan atau OCD. Begitu juga dengan mahasiswa/mahasiswi psikologi di manapun kalian, belajar psikologi bukan berarti kita akan bisa menangani semua masalah mental kita sendiri, kita masih belajar. Hilangkan segera pikiran “aku kan anak psikologi, masak depresi sih?” Kita paham tahap mana yang butuh bantuan mana yang belum dan mana yang tidak, jangan mempertaruhkan kesehatan jiwa kita hanya karena gengsi, justru ketika kita hanya memendamnya dan malah menjadi sangat parah dan tidak terkontrol, kita bisa kehilangan kesempatan berkarir sebagai psikolog.

Semoga tulisan ini bisa sedikit membantu menambah awareness terhadap depresi baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Bagi yang merasa depresi segeralah mencari bantuan, bagi yang merasa mungkin ada teman atau keluargamu yang menurutmu depresi segera perhatikan dan bantu mereka. Terakhir, saya mau mengambil quote terkenal dari satu-satunya klub sepakbola Inggris yang dulu pernah 5 kali juara Liga Champions : “You’ll never walk alone.” And a little entertainment https://m.youtube.com/watch?v=7fbYhgHI6b4

Blog at WordPress.com.

Up ↑